Sabtu, Juli 08, 2006

Wahai Ibu Hamil, Waspadailah Anemia!

Mula-mula Sonia –- sebut saja namanya begitu -– hanya merasa tak nafsu makan. Perempuan yang sedang hamil 3 bulan itu menganggapnya sekadar efek samping mengidam, mual, dan muntah yang dialaminya. Belakangan, keluhannya bertambah. “Sekarang kepalaku sering pusing. Badan rasanya lesu, lemas.... Ah, nggak tahu, deh. Dari dulu kepengin hamil. Setelah hamil, kok, malah jadi susah begini...” keluhnya.

Rupanya keluhan Sonia tak bisa dianggap enteng. Suatu malam ia jatuh pingsan. Belakangan baru diketahui, calon ibu berusia 26 tahun itu mengidap anemia. Dokter kandungan hanya menegaskan satu hal: Sonia harus terus mencoba meningkatkan asupan makanan bergizi dan tambahan vitamin ke dalam tubuhnya. Menurut dokter, itulah satu-satunya cara untuk memastikan kesejahteraan makhluk kecil di dalam rahimnya, sampai waktu persalinan nanti.

Kekurangan Zat Besi

Anemia atau kurang darah memang akrab dengan perempuan. Logika sederhananya, setiap bulan perempuan memang harus ‘kehilangan darah’ lewat menstruasi. Dan benar. Penyakit ini memang terjadi karena kadar sel darah merah (disebut juga hemoglobin atau Hb) berada di bawah normal.

Gejala umum yang kerap terlihat pada penderita anemia adalah menurunnya kemampuan fisik. Lesu-lemah, cepat lelah, tak nafsu makan dan menurunnya daya konsentrasi adalah keluhan yang sering merupakan tanda awal. Anda pernah merasakan pandangan berkunang-kunang sesaat setelah bangkit dari jongkok? Itu juga salah satu petunjuk anemia.
Dari segi lahiriah, penderita anemia gampang dikenali. Mereka tampil pucat. Baik pada wajah, selaput lendir pada kelopak mata bagian bawah, bibir sampai kuku. Dalam beberapa kasus anemia berat, penderita bahkan mengalami sesak napas dan lemah jantung.

Dialami 7 dari 10 Ibu Hamil

Pemicu terbesar anemia adalah kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah -- seperti zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Namun di beberapa negara berkembang, penyebabnya bisa banyak faktor. Misalnya adanya penyakit lain seperti malaria dan infeksi cacing tambang.

Pada ibu hamil, anemia amat sering dipicu oleh kurangnya zat gizi pembentuk darah. Seperti Anda ketahui, kehamilan acap diikuti gejala mengidam -- rasa mual dan muntah -- yang menyebabkan ibu hamil malas makan. Dengan sendirinya asupan gizi –- termasuk zat-zat pembentukan sel darah merah -– tak tercukupi. Kasus kekurangan zat besi pada ibu hamil, misalnya, mencapai hampir 20%.

Di sisi lain, kebutuhan darah di dalam tubuh ibu hamil meningkat pesat karena adanya janin. Darah sangat vital untuk memasok makanan dan oksigen buat makhluk tak berdaya itu. Dengan sendirinya, kebutuhan ibu hamil terhadap zat besi –- dan juga zat-zat lain pembentuk darah -- akan sangat tinggi. Itulah sebabnya, ibu hamil sangat dianjurkan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi.

Ketika seseorang kekurangan zat besi, otomatis produksi sel-sel darah terhambat. Jika ini terjadi pada ibu hamil yang kebutuhan darahnya justru sedang tinggi, terhambatnya produksi sel darah menimbulkan kekurangan darah yang sangat kentara. Terjadilah anemia. Tapi perlu diingat, anemia pada ibu hamil tidak semata disebabkan faktor psikologis (malas makan karena sedang mengidam). Hamil berulang dalam waktu dekat dan mengandung janin kembar juga bisa menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi kena anemia.

Di Indonesia, risiko anemia pada ibu hamil tergolong tinggi. Sebuah penelitian pernah mengungkap, peluangnya sekitar 70%. Artinya, tujuh dari 10 ibu hamil berpeluang mengalami anemia. Angka yang masuk akal karena memuat pula data ibu hamil dari kalangan strata ekonomi bawah yang benar-benar tak mampu memenuhi asupan gizi.

Sebabkan Perdarahan dan Bayi Kecil

Anemia kebanyakan terjadi pada kehamilan trimester pertama (1-3 bulan). Jika saat itu gangguan kurang darah disertai keluhan mual, muntah (apalagi muntah berlebihan atau hiperemesis) dan turunnya nafsu makan yang berefek penurunan berat badan, tak mustahil kesehatan janin terganggu. Lebih fatal lagi jika anemia disertai gangguan lambung –- terutama pada perempuan yang mengidap maag sejak sebelum hamil. Kondisi tubuh yang kian menurun bisa membuat ibu hamil maupun janin kekurangan cairan. Hal ini, bukan tak mungkin, mengakibatkan kematian janin.

Proses persalinan pun bisa terganggu gara-gara anemia. Ini lantaran kurangnya volume darah menghambat pasokan oksigen ke seluruh sel-sel tubuh ibu hamil. Akibatnya, kondisi jasmani ibu lemah. Dan pada saatnya nanti, kondisi semacam ini akan mengganggu proses persalinan. Contohnya, ibu tak kuat mengejan atau luka persalinan sulit menutup sehingga menimbulkan perdarahan.

Tak cukup sampai di situ, buruknya kondisi ibu hamil pengidap anemia juga bisa mempengaruhi kesehatan bayinya. Bayi mereka biasanya sangat kecil (berat badan lahirnya rendah, yakni kurang dari 2,5 kg). Dan bayi kecil biasanya rentan mengalami hambatan dalam tumbuh kembang fisik dan inteligensi.

Menilik risikonya, anemia selama hamil tak bisa dianggap ringan. Jika Anda menemukan gejala kurang darah itu selama hamil, atasilah segera. Jangan lupa, di dalam tubuh Anda ada makhluk kecil yang menggantungkan hidupnya pada darah Anda. PG


Tips : Mencegah dan Menanggulangi Anemia

* Konsumsilah makanan yang mengandung asam folat (jeruk, pisang, wortel, bayam, brokoli dan tomat) dan seng (makanan laut).
* Tanyakan pada dokter, apakah Anda perlu mengkonsumsi suplemen vitamin A, C, D, B1 dan B2, B6 , B12, untuk mengoptimalkan kesehatan dan metabolisme tubuh selama hamil.
* Berkonsultasilah dengan dokter untuk kemungkinan mendapatkan terapi tablet ferosulfat (zat besi).

sumber : dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: